Sunday, June 17, 2012

Belajar dari Tokoh Pewayangan "part 2"



      Saat ini mungkin sebagian besar generasi muda di Indonesia jarang sekali yang mengenal tokoh-tokoh pewayangan. Mereka lebih mengetahui tentang tokoh-tokoh superhero luar negeri yang di tayangkan di televisi maupun bioskop-bioskop. Padahal superhero dalam negeri pun tidak kalah
hebatnya dengan superhero-superhero luar yang sering nongol di televisi itu. Bagi beberapa anak muda mungkin saya dianggap ketinggalan zaman, tidak gaul dan lain sebagainya karena saya masih suka dengan seni pewayangan. Tapi biarpun saya menyukai wayang, saya juga masih mengikuti perkembangan zaman. Saya adalah penggemar musik rock, mulai dari punk, hardcore, metal, sampai blackmetal. Tetapi jangan salah, saya juga pecinta musik-musik campursari. Bahkan saya sampai hafal beberapa lagu campursari. Kita hidup di negeri yang kaya akan budaya. Jadi sebagai generasi muda kita harus melestarikannya. Kita boleh-boleh saja mengikuti perkembangan zaman, tetapi jangan sampai kita melupakan kebudayaan kita sendiri yang memiliki nilai luhur serta filosofi kehidupan. Oleh karena itu, kali ini saya akan sedikit menceritakan tentang salah satu tokoh pewayangan yang sangat keren sekali. Dia adalah salah satu tokoh pewayangan yang bisa menjadi inspirasi kaum pemuda zaman sekarang.

     Tokoh pewayangan yang saya maksud adalah ANTASENA. Antasena adalah putra bima atau werkudara dengan ibu bernama Urangayu. Urangayu adalah putri dari Bathara Mintuna. Antasena di besarkan oleh ibu dan kakeknya karena ketika masih di kandungan ayahnya harus kembali ke Negara Amarta untuk melawan para Kurawa. Antasena menikah dengan Janakawati atau putri dari Arjuna. Sebagai putra ksatria, Antasena tidak kalah hebat dengan Bima atau Werkudara. Antasena terlahir dengan kulit udang sehingga dia kebal dengan berbagai senjata. Selain itu dia mampu amblas ke dalam tanah
maupun terbang. Antasena juga tidak dapat dibunuh asalkan tubuhnya masih menyentuh air maupun tanah. Selain itu dia juga mempunyai pusaka yaitu sungut sakti, siapapun yang terkena sungut itu akan mati. Dan dia juga memiliki pusaka cupu maduseno yang dapat menghidupkan kembali orang yang telah meninggal.

     Sifat Antasena digambarkan tidak mengenal tata krama, dalam berbicara dengan siapapun Antasena selalu menggunakan bahasa jawa ngoko atau bahasa jawa yang mempunyai nilai kesopanan dia juga tidak suka dengan basa-basi. Meskipun terlihat nakal, dia adalah pembela kebenaran. Peran yang dimainkan dalam pewayangan pun diperlihatkan kalau Antasena sering bercanda meskipun dengan para dewa. Baginya kebaikan dan kepatuhan tidak hanya di tunjukan dengan omongan, tetapi dengan perbuatan. Ketika sudah dewasa, Antasena meminta ijin Batara Mintuna yaitu kakeknya untuk pergi ke Amarta mencari ayahnya dan ikut berperang melawan Kurawa. Lalu kakeknya memberikan sebuah pusaka yang di sebut cupu madusena yang dapat menghidupkan kembali orang yang mati. Namun pada saat itu Pandawa termasuk Werkudara di tawan oleh sekutu Kurawa yaitu Ganggatrimuka di Dasarsamodra. Pandawa di kurung dalam jeruji besi dan di tenggelamkan. Sampai pada akhirnya Pandawa yang berjumlah lima orang itu meninggal. Setelah sampai di Amarta dan mengetahui Pandawa di kalahkan oleh Ganggatrimuka, Antasena langsung menuju dasar samudra. Sesampainya di Dasar samudra, Antasena bertarung melawan Ganggatrimuka dan berhasil mengalahkannya. Lalu dia menghidupkan kembali pandawa dengan cupu madusena dan kembali ke Amarta. Menjelang meletusnya perang Baratayudha Antasena dan Wisanggeni putra Ajuna menghadap Sanghyang Wenang untuk menanyakan peran Antasena dan Wisanggeni dalam perang Baratayuda tersebut. Namun ternyata Antasena dan Wisanggeni tidak mendapat peran apa-apa dalam perang itu. Sanghyang Wenang mengatakan kalau mereka ikut dalam perang justru pandawa akan kalah. Lalu keduanya pun memutuskan untuk tidak kembali ke dunia dan perlahan-lahan keduanya meninggal. Kematian Antasena dan Wisanggeni disebut moksa atau mati musnah, jasadnya melebur dan menghilang.

       Itulah sedikit gambaran cerita dari Antasena salah satu superhero di Indonesia. Di setiap pertunjukan wayang mungkin setiap dalang mempunyai versi cerita masing-masing dalam menggambarkan tokoh Antasena ini. Namun inti-inti kisah Antasena adalah yang saya ceritakan di atas tadi. Semoga cerita tentang pewayangan tidak akan hilang di telan perkembangan zaman dan selalu menjadi inspirasi setiap orang untuk menjadi berguna bagi agama, bangsa dan Negara, keluarga, maupun masyarakat.



No comments:

Post a Comment